FOR RESEARCH

Para penggemar antologi film Terminator sekuel kedua yang diperankan Robert Patrick tentunya tidak asing lagi dengan robot android T-1000. Robot itu, selain dapat meleleh, dapat berubah bentuk sesuai dengan benda-benda yang disentuhnya. Kini, robot “ajaib” seperti itu bukan hanya ada dalam film, tetapi juga dalam dunia nyata. Meski bentuknya belum sempurna benar, robot yang memiliki karakter mirip robot android T-1000 itu telah hadir di Amerika Serikat (AS). Bentuk robot ajaib tidak sama dengan robot konvensional umumnya. Gerakannya sangat dinamis, bahkan tidak ada yang mengira bahwa benda itu adalah robot. Chembot, nama robot itu, merupakan robot yang diproduksi oleh iRobot dengan bentuk dan fungsi yang berbeda. Bisa dikatakan robot berdiameter 62 sampai 64 sentimeter serta berat sekitar 400 gram itu mengadopsi bentuk yang menyerupai bola. Meski demikian, Chembot mudah berubah bentuk, menjadi lebih besar atau lebih kecil. Robot berubah bentuk itu atau bisa disebut sebagai robot cair, robot leleh, atau robot chemical merupakan robot bergerak yang dapat bertransformasi menjadi bentuk atau karakter fisik lainnya. Struktur tubuh robot normal tidak mungkin melakukan hal serupa itu. Kemampuan tersebut merupakan kelebihan yang dimiliki Chembot. Ada beberapa karakter penting yang dimiliki Chembot, antara lain memiliki gerakan tiga dimensi yang fleksibel, mampu meleleh dan memisahkan struktur tubuh, mampu kembali utuh ke wujud semula, mampu dikendalikan dalam jarak jauh, dapat bertahan pada suhu, tekanan, dan kelembapan yang ekstrem, serta terkena radiasi. Chembot juga memiliki kulit eksternal yang sangat fleksibel sehingga saat ditekan tubuhnya tidak hancur, struktur rangka belakangnya mampu berubah menjadi bentuk fisik aslinya, serta mampu membawa beban yang ringan maupun berat tanpa menghancurkan dan dihancurkan oleh beban itu sendiri. Saat uji coba, Chembot dapat bergerak menggelinding menempuh jarak tertentu dengan membawa muatan. Ketika menemukan medan yang agak berat, robot itu dapat mengubah ukuran dan bentuk tubunya sesuai dengan situasi dan kondisi. Contohnya, saat akan masuk ke lubang kecil, Chembot dapat menyusut dan masuk begitu saja melalui lubang kecil itu. Apabila sudah sampai ke tujuan, struktur tubuh robot kembali ke bentuk aslinya. Tiga orang penemu Chembot, yakni Annan Mozeika, Erik Steltz, dan Heinrich M Jaeger, memproyeksikan perangkat buatan mereka itu potensial untuk keperluan eksplorasi luar angkasa, operasi militer, dan perangkat medis yang dapat ditanamkan di tubuh manusia. Bahkan bisa saja Chembot digunakan untuk operasi penyelamatan di medan yang berbahaya, seperti dalam laut, subterania, tambang, dan gua. Mampu Menyusup Seiring kemajuan teknologi, masyarakat makin familiar dengan robot dan pengaplikasiannya. Mulai dari robot dengan telapak bergerigi, roda, kaki, sayap, hingga piston pembakaran. Benda dengan sistem gerak mekanis itu banyak dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan fungsional. Namun, khusus Chembot, metode propulsi untuk menjadi tenaga pendorong yang umum terdapat pada robot konvensional berubah menjadi metode yang dapat mentransformasi bentuk dirinya. Chembot berbentuk lebih seperti gumpalan. Robot itu bergerak dengan mengubah struktur tubuhnya sehingga dapat bergerak dinamis. Pengembangnya menamai proses tersebut sebagai jamming skin enabled locomotion (penggerak dengan hanya memanfaatkan kulit tersumbat). Jamming merupakan sebuah proses fisik material yang dibuat untuk bertransisi dari bentuk cair menjadi padat dengan meningkatkan berat jenis material. Chembot mampu melakukan proses itu karena kulit yang hiper-elastis dicampur kompartemen (ruang) sel berganda yang ada di dalam tubuhnya. Hal yang menjadi pertanyaan ialah apa jenis bahan silikon yang dipakai iRobot sehingga dapat membuat robot lentur tersebut. Umumnya, silikon murni memiliki sifat isolator atau penghambat, bukan konduktor atau penghantar. Menurut Widodo Budiharto, pakar material robot dari Universitas Bina Nusantara, Jakarta, apabila silikon yang dipakai pada Chembot mampu memberikan tenaga untuk bergerak, secara teknis ada perubahan pada komponen senyawa silikon itu sendiri atau modifikasi perangkat yang ada di dalamnya. Silikon merupakan sebuah senyawa kimia yang terdapat di alam, namun silikon yang dipakai di industri kebanyakan hasil rekayasa manusia. Dalam industri, silikon kerap dipakai sebagai komponen utama perangkat semikonduktor, lebih tepatnya sirkuit terintegrasi atau mikro chip. Silikon banyak digunakan karena sebagai semikonduktor, senyawa itu lebih adaptif pada suhu tinggi ketimbang semikonduktor germanium. Selain itu, senyawa oksida murni yang dikandung silikon mudah berkembang pada saat pembakaran sehingga panas pun lebih cepat menyebar. Selain tubuh yang diselimuti silikon, di dalam kompartemen diisi pula udara dan partikel tetal (padat, tidak berongga) bebas. Kronologinya, saat udara dilepaskan ke luar kompartemen tubuh robot, penurunan tekanan di dalamnya dapat mengerutkan kulit Chembot. Saat kulit berkerut, partikel tetal bebas yang ada di dalamnya menggantikan ruang kosong yang ditinggalkan saat udara dilepaskan sehingga tercipta hasil solidifikasi kompartemen (pemadatan ruang). Di dalam kulit Chembot, didapatkan fluida tak termampatkan dan sebuah aktuator yang volumenya bervariasi. Sedangkan pada bagian lain dari kompartemen yang tidak melakukan jamming, aktuator yang ada di bagian dalam kulit dipompa sehingga menyebabkan kulit Chembot merentang dan mengubah bentuk tubuh robot. Metode itulah yang dinamakan pompa pengontrol. Pompa pengontrol mampu membuat Chembot bergerak berputar. Menurut Widodo, material apa saja yang dipakai untuk mengendalikan teknologi jamming robot belum banyak diketahui. “Yang pasti, untuk mengendalikan dan menggerakkan robot, bisa menggunakan teknologi yang serupa dengan teknologi robot pada umumnya,” jelasnya. Cukup dengan menanamkan motor DC untuk penggerak, robot sudah dapat bergerak dengan lebih kuat. Meski demikian, tentu saja harus ada mikrokontroler yang menjadi otak utama untuk menggerakkan robot. Sistem kontrol robot yang bisa dilihat di situs youtube.com memang terkesan masih manual dengan kabel yang terhubung ke dalam kulit silikonnya. Namun, dalam perkembangannya, pemancar wireless mulai ditanamkan pada interior Chembot. Adanya pemancar tersebut menjadikan robot dapat dikendalikan dari jarak jauh dengan remote control, bahkan secara otomatis dapat bergerak sendiri. Sinyal dari pemancar itu nantinya mengirimkan perintah ke mikrokontroler yang sudah ada di dalamnya untuk kemudian disalurkan ke aktuator. Aktuator yang secara fungsional biasa digunakan untuk bergerak maju mundur saat dikoneksikan dengan motor robot, kini dibuat lebih fleksibel. Selain membuat robot bergerak, alat itu bisa menjadikan tubuh robot mengembang dan mengempis. Dengan robot hasil rekayasanya itu, tidak mengagetkan jika iRobot mendapatkan penghargaan sebesar 3,3 juta dollar AS dari Defense Advanced Research Project Agency (DARPA) dan kantor penelitian US Army. IRobot dianggap telah mengembangkan sebuah produk robot lincah yang lunak dan fleksibel serta mampu melakukan manuver melalui sebuah lubang kecil daripada struktur dimensinya yang asli. Tentunya dengan keahlian seperti itu, robot “leleh” itu dapat menjalankan tugas Departemen Pertahanan dalam medan yang kompleks dan penuh halangan. Dalam versi terbaru, Chembot sudah dilengkapi sensor pada tubuhnya serta dapat melakukan koneksi antar-Chembot. kunjungi www.majukan.blogspot.com

suka dengan artikel ini? klik disini